Bangga Surabaya – Seusai mengikuti Forum Youth Manifesto yang diselenggarakan United Nations Emergancy Children’s Fund (UNICEF) – PBB di Cologne, Jerman beberapa waktu lalu, Bintang Aryadhana pulang dengan segudang cerita.
Siswa kelas IX SMP Negeri 1 Surabaya itu, menceritakan ragam pengalamannya saat berada di forum internasional tersebut bersama Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini.
Bintang mengaku, selama sepekan mengikuti rangkaian kegiatan di sana, hampir semua yang dilakukan merupakan pelajaran berharga. Di sana, ia diberi kesempatan menyampaikan aspirasi terkait Kota Layak Anak (KLA) bersama dengan anak dari 80 kota di dunia yang berpredikat sebagai KLA.
“Kami menyampaikan pendapat terkait KLA, kemudian berdiskusi dengan delegasi lainnya bagaimana memecahkan masalah pada anak-anak,” kata Bintang saat ditemui di sekolahnya, Selasa (22/10/2019).
Ia menjelaskan, setiba di Kota Cologne di hari pertama Senin (14/10), ia langsung mengikuti beberapa materi yang sudah disiapkan. Salah satunya adalah belajar menjadi pembicara atau publik speaker. Materi itu disiapkan untuk memastikan kesiapan anak-anak saat berbicara dihadapan masing-masing wali kota.
“Kami diajarkan berbicara lantang pada forum itu, supaya saat dihadapan para wali kota dari seluruh dunia tidak lagi grogi dalam menyampaikan aspirasi. Setelah itu juga ada games supaya tidak tegang menghadapi acara esoknya,” ujarnya.
Kemudian hari kedua, Selasa (15/10), para peserta bersama masing-masing pemimpin daerah mengikuti pembukaan acara bertajuk Child Friendly Cities Summit. Pembukaan forum besar itu ditandai dengan sambutan dari Wali Kota Cologne. “Lalu setelah itu kami mengikuti plenary session untuk hari berikutnya,” terangnya.
Keesokan harinya, Bintang memulai diskusi dengan 100 anak dari 80 kota di dunia. Bintang mengungkapkan, selama berlangsungnya forum itu, ada beberapa fokus bidang pembahasan. Salah satunya membahas kebutuhan dan keadaan anak-anak di seluruh dunia.
“Setelah membahas soal keadaan anak-anak, kami juga membahas bagaimana sebuah kota mampu bekerja sama dengan stakeholder seperti perusahaan swasta,” kata dia.
Menariknya, bersamaan dengan sesi itu, Bintang bersama kawan-kawan yang lain menggelar pameran fotografi selama beberapa hari. Hasil karya fotografi mereka juga dipaparkan dan dipresentasikan “Jadi karya foto saya sudah ada captionnya dan saya mempresentasikan dari apa yang tidak saya tulis,” imbuhnya.
Setelah sesi tersebut, di hari yang sama anak-anak diajak untuk bergabung dalam forum para wali kota. Di sesi itu mereka juga bebas menyampaikan pendapat. Bagi Bintang, itu adalah pengalaman tak ternilai. Sebab, di forum itu tidak ada perbedaan antara wali kota dan para pelajar, mereka diberi kebebasan dalam menyampaikan pendapat.
“Di sana kami diperlakukan sama seperti orang dewasa. boleh berpendapat apapun dan tidak melihat saya anak kecil dan mereka sudah dewasa. Kami benar-benar didengarkan,” paparnya.
Kemudian di hari berikutnya, Rabu, (16/10/19), Wali Kota Risma menjadi pembicara dengan membawakan materi indikator KLA yang sudah diterapkan di Kota Surabaya.
Dari semua rangkain kegiatan itu, yang tidak kalah menarik bagi Bintang adalah di akhir sesi kegiatan. Acara tersebut ditutup dengan manifesto yang secara serentak dibacakan oleh anak-anak dari seluruh dunia.
“Momen pembacaan manifesto itu yang tidak akan pernah saya lupakan. Itu merupakan satu momen dimana anak-anak itu bisa bersuara kepada wali kota seluruh dunia yang ada di situ dan pendapat anak-anak itu didengarkan,” pungkasnya. (*)