Bangga Surabaya – Komunitas Surabaya Soul Society mengajak masyarakat agar lebih sadar akan pentingnya kesehatan mental. Mereka membuka layanan psikologi secara gratis dengan cara mendengarkan keluhan klien secara langsung.
Salah satu founder Surabaya Soul Society, Rikza mengatakan, tujuan didirikannya komunitas ini untuk mengajak masyarakat Surabaya agar lebih sadar akan pentingnya kesehatan mental. Target kliennya, berasal dari semua kalangan usia, baik laki-laki maupun perempuan.
“Fokusnya itu untuk kesehatan mental, kesejahteraan mental dan pengembangan diri,” kata Rikza saat ditemui, Minggu (06/10/19).
Rikza menjelaskan, komunitas ini membuka konsultasi gratis sebulan sekali saat acara Car Free Day di Taman Bungkul Surabaya. Pada awal praktek konseling, tidak sedikit orang yang tertarik dengan penawaran yang diberikan. “Terhitung, lebih dari 20 orang telah mengikuti konseling tersebut,” katanya.
Bahkan, untuk menarik minat masyarakat, pihaknya juga berkeliling di Taman Bungkul menawarkan jasa konsultasi gratis ini. Selain itu, komunitas ini juga melakukan berbagai cara dalam mempromosikan kegiatannya. Seperti, mendokumentasikan kegiatan melalui unggahan foto, poster dan infografis di Instagram @Surabayasoulsociety.
Saat perayaan World Mental Health Day yang jatuh setiap 10 Oktober, komunitas ini juga membuka konsultasi untuk kedua kalinya di Loop Station, Taman Bungkul Surabaya, Minggu (06/10/19) pagi.
Rikza mengungkapkan, Surabaya Soul Society berdiri pada Bulan Juli 2019 dan merupakan cabang dari komunitas Bali Soul Society yang lebih dulu berdiri di Kota Bali. Komunitas ini diinisiasi seorang laki-laki bernama I Dewa Gede Udayana Putra, Sarjana Psikologi.
Kesehatan mental masyarakat menjadi fokus utama Dewa bersama teman-teman kuliahnya yang saat itu sedang menempuh pendidikan S2 Psikologi. Mereka terdiri dari Venty, Nanda, dan Rikza yang kemudian membentuk komunitas cabang di Surabaya.
Dalam prakteknya, komunitas ini memiliki motto “Let’s Talk Share and Rise Up”, yakni menerima konsultasi secara langsung dengan mendengarkan keluhan yang dialami oleh klien secara tatap muka.
“Tujuannya agar klien itu berusaha untuk mengembangan diri bersama-sama menjadi pribadi yang lebih baik,” kata Rikza.

Rikza menambahkan, pihaknya juga menerima volunteer yang ingin bergabung di Surabaya Soul Society. Namun, mereka minimal harus lulusan S1 Psikologi. Namun, rata-rata sudah tergabung menjadi konsultan merupakan lulusan S2 Psikologi.
“Kita sudah ada briefing singkat ya untuk para volunteer, tapi karena bekal sudah ada dari perkuliahan, dan di sini rata-rata sudah S2 psikologi yang pegang klien, jadi udah tau caranya konseling, pendekatan dengan orang,” paparnya.
Saat ini jumlah volunteer Surabaya Soul Society berjumlah 38 orang. Jumlah ini bisa terus bertambah seiring berjalannya waktu.
Menariknya, di dalam komunitas ini juga terdapat beberapa divisi sesuai dengan peminatan permasalahan konseling. Seperti divisi klinis, industriat, organisasi, dan pendidikan. Divisi ini digunakan para konseling untuk menerima konsultasi sesuai dengan peminatan mereka.
Sementara itu, Inisiator komunitas Surabaya Soul Society, I Dewa Gede Udayana Putra menyampaikan, Surabaya Soul Society hanya memfasilitasi konsultasi awal secara gratis. Namun, jika masalah klien membutuhkan penanganan lebih lanjut, pihaknya akan menganjurkan ke Puskesmas dan Rumah Sakit terdekat. Apalagi, saat ini layanan psikologi di Surabaya sudah memadai.
“Kita pasti menyarankan ke Psikolog di Rumah Sakit atau Puskesmas. Karena kita bukan praktek Psikolog, jadi fokus kita adalah promosi preventif, kita mempromokan kesehatan mental. Kita juga memproteksi biar orang sadar bahwa kesehatan mental itu penting,” kata Dewa sapaan lekatnya.
Selama menangani klien, Dewa mengakui juga pernah menemukan seorang anak SMA yang mendiagnosis dirinya mengidap General Anxiety Disorder (GAP) yang diketahuinya melalui internet. Namun demikian, Dewa menyarankan agar klien itu melakukan konseling jika ingin mengetahui gejala penyakit mental yang diderita.
Menurutnya, diagnosis yang dilakukan dengan mencocokan informasi yang ada di internet belum tentu benar dengan kondisi yang dialami. Sehingga malah dapat memperburuk keadaan.
“Kalau untuk Surabaya, aku salut sama antusias masyarakat di sini, karena kesadaran mentalnya sangat besar. Keinginanku semoga komunitas masih terus jalan dan mengajak kerjasama dengan komunitas lain di Surabaya. Kalau harapan untuk komunitas ini semoga jalan terus, ya kalau bisa di kota-kota lain juga tumbuh,” tutup Dewa.
Penulis: Novita Agustina Maharani, Nida Naziah
Editor: And