Bangga Surabaya – Terlihat asri nan hijau, kediaman Umi Mahmudah (54) dipenuhi dengan tanaman hias kokedama. Kokedama atau yang biasa disebut ‘bola lumut’ ini merupakan seni tanaman hias asal negeri Sakura.
Tidak seperti di Jepang, cukup sulit untuk mencari lumut di wilayah perkotaan padat penduduk seperti Kota Surabaya. Alternatifnya, limbah serabut kelapa pun dijadikan sebagai pengganti lumut seperti produk kokedama yang ditemui di rumah Umi.
Berawal dari pelatihan pembuatan tanaman hias Kokedama oleh Dinas Ketahanan pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Surabaya, Umi sebagai perwakilan Kecamatan Dukuh Pakis langsung mempraktekkan kembali sesampainya di rumah.
Melihat adanya peluang bisnis pada tanaman kokedama ini, Muhammad Adi (27) anak dari Umi Mahmudah kemudian tertarik untuk mempelajari hasil pelatihan yang diterima ibunya. Mulai mahir, Adi pun bergerak mempromosikan produk kokedamanya dengan merek ‘Java Kokedama Soerabadja’ melalui platform facebook dan instagram.
Melihat respon dari hasil penjualanyang bagus, Khoirur Ruba’ih (59). suami Umi sekaligus Ketua Kelompok Tani Sekar Arum pun mengajak anggotanya untuk melakukan pelatihan membuat kokedama di rumahnya.
“Saya secara pribadi, merasa berhutang budi dengan kebaikan DKPP Kota Surabaya atas bantuan-bantuan maupun pelatihan-pelatihan yang sudah saya terima selama ini. Sehingga ingin menjaga amanah, kalau istilahnya sih ‘nggetok tularno’. Harus membagikannya (ilmu) sama orang lain,” kata Ruba’ih.
Hingga kini, terhitung telah dilaksanakan pelatihan membuat kokedama bagi para anggota Kelompok Tani Sekar Arum sebanyak empat kali. Alat dan bahan yang digunakan selama pelatihan disediakan oleh Ruba’ih. Mulai dari tanaman, pupuk, limbah, serabut kelapa, benang jahit, dan benang wol.

Ruba’ih menjelaskan tanaman yang digunakan merupakan tanaman dengan akar serabut kecil. Sedangkan untuk limbah serabut kelapa, sebelumnya harus dibersihkan terlebih dahulu. Mulai dari digiling dengan mesin hingga terurai, lantas dicuci dan dikeringkan. Untuk cara membuatnya, Ruba’ih mengaku gampang-gampang susah.
“Awalnya, disiapkan dulu alat dan bahannya. Kemudian tanaman dikeluarkan dari polybag dan dipindahkan ke atas serabut kelapa yang sudah ditata di atas meja, diberi tanah dan pupuk, terus dibentuk bulat, dikemas pakai serabut kelapa itu tadi. Setelah itu dililit pakai benang jahit. Finishingnya, di lilit lagi pakai benang wol,” jelas Ruba’ih.
Kokedama yang sudah jadi pun dapat diberi gantungan, atau di letakkan di atas tatakan kayu. Hal ini membuat karakteristiknya yang unik namun tetap natural. Selain itu, keunggulan tanaman hias kokedama ini ramah lingkungan. Terlebih, kokedama ini dapat diletakkan di dalam ruangan tertutup, fleksibel, dan memiliki nilai estetik yang dapat dijadikan sebagai dekorasi rumah.
Ruba’ih mengaku telah memamerkan kokedamanya di beberapa event, salah satunya adalah Surabaya Great Expo 2019 pada 14 Agustus 2019 lalu. Kokedamanya menjadi salah satu produk yang dipamerkan di stand DKPP Kota Surabaya.
“Respon pengunjung yang sangat bagus membuat DKPP mendapat penghargaan Best Stand Performances,” ujarnya.
Ruba’ih berharap, kedepannya tidak hanya mengajak RT saja untuk membuat kokedama ini. Dalam hati kecilnya, ia ingin Kota Surabaya dihiasi oleh tanaman kokedama. Selain karena unik, kokedama dinilai mampu mengurangi limbah serabut kelapa dan menjadi salah satu bentuk ‘Urban Garden’ yang cocok diterapkan di wilayah Kota Surabaya.
Penulis: Salsabila Anjar Firhani
Editor: And