Bangga Surabaya – Eks lokalisasi Dolly, sejak resmi ditutup oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya pada 2014 silam, terus menunjukkan geliat perekonomiannya. Hingga kini, pemkot pun masih gencar memberikan pelatihan untuk meningkatkan kesejahteraan warga di sana. Bahkan, perhatian juga hadir dari mahasiswa di Surabaya, yang ingin membangun eks-lokalisasi Dolly menjadi kampung kreatif.
Salah satunya, yakni melalui kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa Universitas Negeri Surabaya yang tergabung dalam Komunitas Film Indie Komunikasi (Kofie.Com). Keinginan mereka untuk menumbuhkan semangat dan mental masyarakat Dolly, khususnya remaja dan anak-anak membuat mereka mengelar “Workshop Film” dengan tema “Bernafas dengan karya, Upaya mewujudkan kampung kreatif melalui Film”.
Ketua Kofie.Com Nova Christanty mengatakan bermula dari Kofie.Com yang mendapat dukungan dari Pusbang Film untuk melakukan program pelatihan film, pihaknya berkeinginan untuk memberikan pembinaan kepada anak-anak yang putus sekolah atau yang masih sekolah, sebagai salah satu langkah mendukung kegiatan positif di Kampung Dolly.
“Target dari workshop film ini anak-anak sekitar umur SMP-SMA, mereka antusias sekali terlihat saat hari kedua workshop,” kata Christanty.

Kegiatan tersebut, lanjut dia, dilakukan selama dua hari, mulai tanggal 8-9 Desember 2018 di Gedung Widya Kartika, Kelurahan Pakis, Kecamatan Sawahan, Surabaya. Diikuti sekitar 35 anak-anak dan remaja yang tinggal di kawasan tersebut.
“Mereka menerima pelatihan dasar-dasar pembuatan film pendek. Mulai dari cara membuat ide cerita, hingga mengemas ide tersebut secara visual di lapangan menggunakan kamera handphone,” ujarnya.
Christanty mengungkapkan, dalam pelaksanaannya peserta dibagi dalam empat kelompok. Masing-masing kelompok, diharuskan membuat cerita tentang Dolly, dengan tema mimpi atau kampung mereka di masa depan. Bahkan ia mengaku, Kofie.Com juga dibantu oleh Wimar Hernanto (Sutradara Film Mesin Tanah) dalam memberikan materi dan membimbing peserta.
Menurutnya, hasil dari pelatihan ini cukup memuaskan, terdapat beberapa kategori juara yang diberikan kepada peserta, seperti Best Issue, Best Sreenplay, Best Cinematography dan Best Movie.
“Untuk ke depannya, kami ingin tetap menjalin silaturahmi antara kami dan anak-anak dari Dolly. Seperti ketika kami ada pemutaran film mereka bisa hadir atau ketika mereka akan melakukan produksi film kami juga dapat membantu mengarahkan,” tutup mahasiswi Ilmu Komunikasi angkatan 2016 tersebut.
Penulis: Vina Agustin