Je Souhaite la fete d’hero, por tous les Heros dans le mande mengartikan Selamat Hari Pahlawan bagi seluruh pahlawan yang ada di dunia. Hari pahlawan telah diperingati beberapa waktu yang lalu. Namun semangat nasionalis masih saja terasa di Surabaya, salah satu bidang yang tak pernah sepi diperjuangkan adalah pendidikan.
Firman Santryo adalah satu dari sekian orang yang masuk dalam jajaran pejuang literasi bahasa di Surabaya. Sejak tahun 2014, pria yang menyukai bahasa Perancis ini mulai mengajar di Rumah Bahasa. Berangkat dari hobi membentuk komunitas bahasa, bersama keempat rekannya, Ia mendaftar sebagai volunteer di Rumah Bahasa. Bak gayung bersambut, Ia pun mengajar hingga saat ini.
“Awalnya memang karena suka bikin komunitas lepas, terus tahu kalau ada Rumah Bahasa. Jadi aku dan empat temanku mencoba mendaftar dan akhirnya diterima,” tuturnya saat ditemui tim banggasurabaya beberapa waktu lalu di Balai Pemuda.
Belajar bahasa perancis bukanlah prioritas utama pria kelahiran Surabaya ini. Awalnya, Firman – sapaan akrabnya memutuskan belajar bahasa perancis karena sewaktu SMA. Pria penyuka warna hitam ini memilih jurusan Bahasa dan karena itulah, Ia harus memilih bahasa Perancis.
Meski awalnya terkesan sulit, namun berkat bantuan sang guru, Dia terus di gembleng untuk menguasai bahasa Perancis. Hingga sekarang, Firman selalu mengupdate kemampuan bahasa perancisnya dengan membaca buku; menonton video dan film serta membaca berita.
“Awalnya kejebak sih belajar bahas Perancis itu, karena waktu SMA harus memilih belajar bahasa lain selain bahasa Inggris. Nah akhirnya memilih Perancis, meskipun aku merasa bahasa ini aneh. Karena guruku tahu aku kurang suka bahasanya, makanya aku selalu diberi banyak latian. Hingga akhirnya aku ikut olimpiade, dan alhamdulilah menang di olimpiade bahasa Perancis tersebut,” ungkap pria yang berkeinginan bekerja di kementrian luar negeri Indonesia.
Karena sudah jatuh cinta dengan bahasa Perancis, Firman memutuskan untuk membagikan ilmunya secara gratis kepada arek-arek Suroboyo. Berangkat dari mandat sang guru, akhirnya Firman selalu meluangkan waktu untuk mengajar setiap hari Selasa pukul 7 malam untuk berbagi ilmu. “Keinginan untuk mengajar tanpa dibayar karena pesan dari guru yang mengajari bahasa Perancis waktu SMA dulu. Beliau yang mengajar tanpa mau dibayar bahkan sampai koleksi buku Perancisnya dihibahkan ke aku. Nah akhirnya, beliau lah yang berpesan untuk membagikan ilmu kepada orang-orang lain,” ujar pria penikmat makanan gado-gado itu.
Firman memiliki metode yang unik agar para muridnya mampu menguasai bahasa Perancis dengan lebih mudah. Ia mengadakan tes setiap akhir pertemuan. Tujuannya agar peserta kuat dalam mengingat pelajaran tersebut. “Biasanya aku dijuluki guru yang agak killer. Karena setiap akhir kelas aku selalu mengadakan tes. Tapi aku nggak menuntut harus sempurna, tapi aku nggak mau mereka sia-sia untuk mengikuti kelas tanpa mendapatkan output apapun,” jelas pria kelahiran 1992 silam.
Banyak suka-duka yang dialami Firman selama 4 tahun mengajar di Rumah Bahasa. Salah satu sukanya ketika bertemu dengan orang baru. Artinya, memiliki pengalaman dan pengetahuan baru terhadap sifat-sifat manusia. Pria yang suka mendengarkan kisah dari para muridnya memiliki berbagai kenangan dengan peserta didiknya, misalnya ketika ada peserta yang menganggapnya seperti anak sendiri. Bagai koin yang memiliki dua sisi, ada sisi suka dan ada sisi duka. “Dukanya adalah ketika melihat kelas yang seharusnya berisi 20 sampai 25 orang, namun cuma 3 orang saja yang datang,” tuturnya.
Meskipun banyak tantangan saat mengajar bahasa Perancis, karena bahasanya yang cukup unik. Firman selalu memotivasi para peserta didiknya agar tetap semangat dan selalu banyak membaca. Tak hanya pada peserta didiknya, Firman berpesan agar arek Suroboyo agar kuasai bahasa Indonesia mulai belajar bahasa asing lainnya, seperti Perancis karena bahasa tersebut diakui oleh PBB.
“Selain itu, pria yang juga bekerja sebagai community officer di salah satu majalah ini juga berpesan agar pemuda Surabaya mengejar mimpi karena mimpi patut untuk dicapai. Bon courage por tous les gens a Surabaya! Poursuivre vos reves, gagnen vos reves, parce que c’est important,” tutup Firman. (Nindy Elyse)