Berawal dari hobinya yang iseng memotret makanan, Jiewa Vieri Wahyono Kusumo justru membuka jalan bagi industri food currator masa kini. Kisahnya menjadi food currator diawali pada tahun 2004 yang selalu memotret makanan menggunakan kamera handphone nokia 6630. Awalnya, foto makanan hanya dijadikan koleksi pribadinya, namun lambat laun Ia memberanikan diri untuk mengupload di media sosial, friendster.
Bak gayung bersambut, para followers mengapresi hasil jepretan makanannya. Tahun 2006, pria yang akrab disapa Inijie mengembangkan talentanya menjadi food bloging. “Memang awalnya, pakai blog yang gratisan, kaya blogspot. Tapi sejak tahun 2008, aku mulai lebih profesional dengan beli domain,” tuturnya saat ditemui tim bangga surabaya di SUB-Co beberapa waktu lalu.
Menurutnya, blog merupakan kendaraan utama yang digunakan untuk personal branding. Namun untuk menjual blog dibutuhkan sosial media yang dapat menjangkau para pecinta dunia kuliner secara lebih. Akhirnya, Dia memilih media sosial Instagram sebagai sarana perpanjangan tangan dari blog tersebut.
Bagi Inijie, Instagram menyajikan fitur-fitur baru, seperti Instastories yang dapat mengejar keaktualitasan berita. “Instagram bisa digunakan sebagai sarana microbloging era milenial serta update dengan fitur-fitur di media sosial agar tak ketinggalan aktualitasnya,” jelas pria yang menjunjung tagline life is delicious.
Hal utama menyajikan konten makanan, lanjutnya, adalah makanan yang lezat, memiliki kisah unik, tanpa peduli itu endorsement atau liputan. “Syarat menjadi calon fotoku adalah harus enak dan punya news value,” pesan pria kelahiran Balikpapan 1983 ini.

Dalam proses menciptakan konten makanan, dirinya memulai dari one man show. Namun saat ini, sudah ada tim yang akan menangani mulai dari marketing, fotografer, dan videografer. Tak hanya tim, Inijie juga mengembangkan teknik fotografi hingga penulisan caption. “Jadi saat membuat karya, perlu diperhatikan kualitas foto yang bagus dan mempertimbangkan captionnya agar pembaca tidak bosan. Biasanya isi caption 70% informasi dan 30% entertaining,” tutur pria yang hobi travelling.
Di perjalanan karirnya, Ia menuturkan banyak tantangan yang dialami. Tantangan yang paling diingat, kata Dia, ketika dipermalukan salah satu owner restoran Surabaya karena aktivitas food bloggingnya di zaman itu belum booming dan merasa terganggu. “Hal itu tak menyurutkan semangatku, melainkan terus mengembangkan passion,” tegas Inijie.
Kepada pemula food curator, Ia berpesan agar menguasai skill fotografi utamanya teknik pencahayaan serta memiliki kamera yang memadai, minimal kamera handphone 12 megapixel. Pasalnya, antara skill dan gear merupakan suatu kesatuan. “Kalau alatnya bagus tapi nggak ada skill ya percuma. Selain itu sering coba-coba hunting agar semakin memiliki variasi angle,” tandasnya. (Nindy Elyse)