Bangga Surabaya – Jalan Ngagel Mulyo terlihat ramai pada Minggu (05/08/2018) oleh warga sekitar yang menunggu dibukanya acara Kampoeng Dolanan Roadshow (KD Roadshow). KD Roadshow merupakan salah satu rangkaian acara Festival Kampoeng Dolanan 2.0 yang diselenggarakan oleh komunitas Kampoeng Dolanan.
“Kampung Dolanan sendiri adalah sebuah komunitas yang mencoba melestarikan permainan tradisional, mengenalkannya dan bermain bersama anak-anak. ”ujar Mustofa (27) selaku koordinator komunitas Kampoeng Dolanan saat ditemui tim bangga surabaya beberapa waktu lalu.
Alasan mengapa mendirikan komunitas Kampoeng Dolanan karena dirinya merasa minat anak-anak terhadap permainan tradisional semakin berkurang seiring berkembangnya teknologi. Bahkan, lanjut Mustofa, orang dewasa adalah garda terdepan untuk memperkenalkan permainan tradisional pada generasi muda.
“Seperti dalam acara Festival Kampoeng Dolanan, antusiasme warga cukup tinggi dan kebanyakan orang dewasa rindu akan permainan tradisional,” sambungnya.

Disampaikan Mustofa, ada sekitar 15 permainan yang dikenalkan oleh komunitas Kampoeng Dolanan antara lain, ular tangga, egrang bambu, egrang kaleng, balap karung, lompat tali, tarik tambang, dan sebagainya. Khusus ular tangga, kata Dia, akan dimodifikasi sedemikian rupa dengan ukuran raksasa dan memuat poin-poin pendidikan karakter serta pengenalan permainan tradisional lain didalamnya.
“Kami mencoba menyeimbangkan antara jaman dulu dan kondisi sekarang. Seperti filosofi ketapel, kita boleh mundur jauh ke belakang untuk melaju kedepan lebih jauh,” tandasnya.
Ia juga menambahkan, bahwa permainan tradisional ini dapat dimainkan oleh segala usia termasuk penyandang disabilitas. Semua jenis permainan dapat dicoba dengan bebas oleh warga. “Tahapan permainanya fleksibel, bukan diarahkan. Kami tidak ingin memberi kesan anak-anak dituntut bermain,. Jadi warga bisa memilih sendiri permainan mana yang ingin dicoba. Kami disini hanya sebagai fasilitator,”.
Untuk acara kali ini, komunitas Kampoeng Dolanan berkerjasama dengan panitia lokal dari RT 16 dan karang taruna Kelurahan Ngagel Rejo sebagai fasilitator. Mustofa yang akrab dipanggil Cak Mus mengungkapkan alasan mengapa komunitas ini selalu menggaet panitia lokal disetiap acaranya.
“Tujuannya biar bisa dilestarikan. Jadi saat Kampoeng Dolanan kesini dan setelah itu pergi agar tidak mati, jadi keterlibatan panitia lokal untuk melanjutkan tonggak estafet permainan tradisional untuk kampungnya

Festival yang digelar mulai 11 Juli hingga 8 September ini tak hanya diadakan diseputar Kota Surabaya saja tetapi juga di daerah lain seperti Blitar, Malang dan Boyolali. Komunitas yang berdiri sejak 13 Desember 2016 ini telah memiliki sekitar 100 relawan non-event yang lolos seleksi dan kerap disebut Konco Dolan.
Untuk produksi permainannya, komunitas ini mengajak pengrajin lokal untuk berkolaborasi. Komunitas Kampoeng Dolanan, menurut Cak Mus tidak hanya melestarikan permainan tradisional tetapi juga memperbaiki ekonomi pengrajin permainan tradisional.
“Contohnya untuk produksi egrang bambu, kami bekerjasama dengan pengrajin lokal di Bangil. Harga yang didapat bisa lebih murah dan laba yang terkumpul disisihkan untuk pengrajin,” tandasnya.
Penulis: Adhara Suwanta