Bangga Surabaya – Walapun sudah memasuki bulan September, namun tak menyurutkan semangat warga RW 03 Kelurahan Kendangsari Surabaya, untuk memperingati Hari Kemerdekaan RI yang ke 73. Puncak gebyar kemerdekaan yang diisi dengan karnaval perjuangan, menjadi momen kebahagiaan bagi seluruh warga Kendangsari Surabaya, Minggu, (09/09/18).
Acara karnaval yang dimulai sejak pukul 07.00 WIB itu, diikuti oleh ratusan peserta, dengan menggunakan berbagai atribut pejuang dan kostum menarik. Masyarakat pun terlihat begitu antusias menyaksikan karnaval kemerdekaan ini. Mereka rela datang lebih pagi agar bisa melihat lebih dekat keragaman Indonesia yang dimanifestasikan dalam sejumlah kesenian. Seperti pakaian adat, sepeda hias, dan kostum unik lainnya. Perayaan kemerdekaan semacam ini memang selalu dinanti-nanti oleh masyarakat sekitar.
Dalam kesempatan itu, acara juga dihadiri oleh Lurah Kendangsari Muhadi, Anggota Komisi D DPRD Surabaya Laila Mufidah, Danramil Tenggilis Mejoyo Mayor Chb Sujarwo, Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) Shaicul Huda, dan seluruh warga RW 03 Kendangsari Surabaya.

Ketua RW 03 Kendangsari Surabaya Arifin mengatakan kegiatan ini adalah rangkaian dari puncak acara warga RW 03 dalam menyambut HUT ke 73 Republik Indonesia. Acara yang dikemas dalam satu wadah utama ini, bertujuan untuk menguyub rukunkan warga dengan suatu bentuk kegiatan yang kreatif dan inovatif.
“Inilah bentuk realitas warga di RW 3 Kendangsari yang penuh dengan kebersamaan,” kata Arifin disela-sela acara karnaval yang berpusat di gang 3 Kendangsari, Minggu, (09/09/18), pagi.
Menurutnya, suksesnya kegiatan ini bisa dilihat dari besarnya antusias warga yang mengikuti kegiatan, dan ribuan warga yang menonton. Hal itu bisa dilihat dari tampilan setiap regu. Ada yang berpakaian adat jawa, kostum pejuang, hingga tuyul- tuyulan. Bahkan ada yang berdandan layaknya Bimo tokoh pewayangan.
“Pagi hari ini cerah, secerah warga saya yang mengikuti semua kegiatan. Baik kegiatan secara spiritual, moril, maupun kegiatan keguyuban,” ucap ketua RW 03 Kendangsari ini.
Kampung RW 03 Kendangsari, memang dikenal sebagai salah satu pelopor lokomotif pembangunan. Baik secara ekonomi, moril, maupun spiritual. Terbukti, dalam setiap kegiatan, warga terlihat begitu antusias, guyub, rukun dan saling bergotong-royong. Menurut Arifin, hal ini didasari atas semangat peran serta masyarakat yang murni bertujuan untuk memajukan wilayahnya. “Kita harus menjadikan RW 03 ini to be number one. Sebagai salah satu pelopor kegiatan kampung,” tuturnya.

Arifin mengungkapkan, sejak dua tahun lalu, warga RW 03 Kendangsari terus aktif dalam berbagai kegiatan positif. Bahkan, semua kegiatan dari Pemkot Surabaya dijalankan, agar semua warga ikut andil berperan aktif dalam kegiatan positif apapun.
“Seperti pada bidang ekonomi, (Disperindag) dan program IKAS (Inisiasi Kampung e Arek Suroboyo). Dengan adanya kegiatan ini, saya yakin RW 03 Kendangsari lebih maju, dan dikenal oleh masyarakat Kota Surabaya,” jelasnya.
Sementara itu, Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) Kendangsari Shaicul Huda menyampaikan, ini adalah salah satu wujud bagaimana warga RW 03 Kendangsari menciptakan sebuah wacana, bahwa generasi muda jangan diputus oleh kemajuan teknologi.
“Budaya-budaya bangsa yang selama ini sempat ditinggalkan, harus kita kembalikan lagi. Karena itu sebagai icon bangsa Indonesia,” kata Huda – sapaan akrabnya.

Melihat perkembangan saat ini, kata dia, terjadi loncatan-loncatan yang sangat mempengaruhi kehidupan karena perkembangan teknologi yang tidak diimbangi dengan pemahaman masyarakat. Banyaknya fenomena generasi milenial yang merasa apatis terhadap budaya bangsa, menjadi alasan perlunya sebuah batasan-batasan dalam penggunaan teknologi. “Memang (teknologi) itu penting, tapi kita harus tahu, sejauh mana kita harus ke sana,” katanya.
Oleh karena itu, Ia mengajak kepada masyarakat, khususnya generasi muda, melalui kegiatan ini diharapkan muncul rasa mencintai dan memelihara kemerdekaan. Terlebih, bagaimana melestarikan adat istiadat, budaya dan kemerdekaan yang telah diwariskan oleh para pejuang.
“Kita dengan teman-teman sepakat, bagaimana menciptakan kembali, menanamkan kembali, budaya-budaya bangsa yang selama ini tertinggal. Kebhinekaan itu penting, sumpah pemuda kita gali kembali. Karena nantinya yang jadi penerus adalah generasi muda,” tutupnya. (*)