Bangga Surabaya – Generasi milenial yang identik dengan serba digital menjadikan dunia maya sebagai sumber informasi utama. Munculnya dunia teknologi nyatanya membawa pesan positif bagi masyarakatnya, namun terbesit stigma negatif bagi setiap individu salah satunya sikap apatis bagi para remaja “zaman now” terhadap lingkungan sosial dan politik di Indonesia.
Hal ini menggugah pemikiran Elisabeth Glory Victory untuk memberikan pandangan yang berbeda terkait isu distrust anak muda terhadap pemerintah akibat minimnya ruang dan jarak komunikasi antara warga dan pemerintah.
Melalui lomba video blog yang diselenggarakan Kantor Staf Presiden Republik Indonesia (KSPRI) berdurasi 1 menit dan diunggah di akun instragram @elisabethglory, dirinya ingin menyadarkan sebagian besar anak muda yang mulanya acuh – perlahan-lahan mulai peduli dengan situasi sosial dan politik Indonesia.
Ory – sapaan akrabnya menyampaikan, ada dua tema dalam lomba vlog tersebut yaitu kontribusiku untuk negeri dan caraku menuju 2045. Dari kedua tema tersebut, dirinya tertarik dengan judul caraku menuju 2045. Alasannya, generasi millenial zaman now sudah terlalu nyaman dengan kondisi saat ini. Hal ini yang membuat mereka cenderung bersikap tidak peduli dengan isu-isu sosial yang terjadi, berbeda dengan pemuda saat tahun 1945.
“Hidup itu pilihan. Mau aktif atau pasif. Namun yang jelas tahun 2045 merupakan masa depan Indonesia untuk membuka pandangan generasi muda agar nantinya tidak mudah terpengaruh dengan informasi yang belum tentu benar,” tutur perempuan semester 5, Universitas Kristen Petra tersebut, Selasa, (21/8/2018).
Kemenarikan vlog tersebut, lanjut Ory, mampu menyalurkan fakta bahwa adanya jarak antara pemerintah dengan generasi muda khususnya kaum terpelajar yang kemudian menimbulkan sikap apatis. Selain itu, rasa kecewa terhadap bobroknya citra pemerintahan di Indonesia yang semakin menghambat semangat generasi muda untuk membuat gebrakan.
“Menuju 100 tahun Indonesia kita harus menghentikan distrust politik yang ada dan harapan itu sebenarnya masih ada, bahkan sangat terang bagi mereka yang ingin berjuang,” tegasnya.
Gadis yang ingin menjadi Influencer sosial politik itu menuturkan, sebenarnya dirinya hampir tidak ikut kompetisi vlog tersebut. Hal ini dikarenakan tenggat waktu pengumpulan melewati batas ditambah dengan kesibukan di kampusnya.
Kendati demikian, niat dan janji dari dalam hati membuat dirinya mengikuti lomba vlog yang ternyata diperpanjang oleh panitia lomba. “Kalau kita ada pandangan yang positif jangan hanya berhenti disitu, siapa tau orang lain juga dapat terinspirasi untuk melakukan hal yang positif juga,” kata Ory sambil bersemangat.

Menurut Ory, perasaan ketika mengikuti lomba vlog bertema politik cukup sensitif serta memiliki tekanan yang amat dalam. Pasalnya, tema yang diangkat agaknya sulit diterima oleh publik. Namun, perasaan takut itu mampu dikalahkan dengan keberanian dan semangat. “Setidaknya ada sumbangsih untuk mengubah cara pandang anak zaman sekarang tentang sosial politik melalui media gambar dan suara,” tandasnya.
Saat ini, Ory terus aktif mengisi konten instagramnya dengan informasi yang berhubungan dengan sosial. “Sebenarnya aku juga mau buat konten di youtube tapi produksinya lebih ribet. Jadinya aku pilih instagram,” ujar perempuan yang mengidolakan sosok Najwa Shihab tersebut. (Catleya Ramadhani).