Siapa yang tak pernah mencicipi kopi? Dapat dipastikan, hampir sebagian besar masyarakat Indonesia pernah meminumnya. Di Surabaya, ada jenis kopi yang berbeda dari kopi biasanya. Kopi ini memiliki cita rasa pahit bercampur pedas dengan aroma rempah dengan sebutan Kopi Arab atau Gahwa Arabi.
Ya, kopi arab merupakan kopi tertua yang ada di Kota Pahlawan. Bertempat di Jalan Pabean Kulon V, kedai kopi arab ini cukup banyak dicari penikmat kopi. Salah satu alasannya, harga yang murah. Satu cangkir kopi dijual dengan harga Rp 4 ribu rupiah.
Very (47) selaku pemilik kedai kopi arab mengatakan, proses pembuatan kopi arab menggunakan bahan-bahan yang alami. Sebagai awalan, biji kopi ditumbuk lalu direbus. Setelah mendidih, bahan seperti kapulaga, serai, daun pandan dan jahe dimasukkan menjadi satu lalu direbus sampai mendidih.

“Proses pembuatannya pagi hari dengan estimasi waktu tiga puluh menit,” kata Very saat ditemui tim bangga surabaya di kawasan Ampel, Kamis, (9/8/2018).
Menurut Very, usaha kopi arab sudah dijalani sejak tahun 2002 dan masih berstatus kontrak. Sebenarnya, kata Very, ada alasan mengapa dirinya tidak membeli rumah tersebut. “Ada pesan khusus dari Pak Ali selaku pemilik rumah untuk tidak menghancurkan rumah ini dan harus berjualan kopi arab,” terangnya.
Very menjelaskan, kopi arab tidak sekedar disajikan untuk pelanggan, melainkan dalam tradisi aslinya, kopi arab sebenarnya untuk menyambut tamu saat pernikahan. “Itu memang tradisi kalau dasarnya kopi arab untuk menyambut tamu di pesta pernikahan,” tutur perempuan berkacamata ini.
Titik (49) salah satu pelanggan menilai kopi ini memiliki keunikan ketika diminum saat kondisi dingin. “Saya tetap merasakan sensasi hangat di mulut dan itu sungguh luar biasa,” ungkap Titik.
Untuk memanjakan lidah sekaligus menambah kesan timur tengah, Very menganjurkan untuk meminum kopi arab dengan selingan camilan roti maryam atau sambosa (semacam kulit pangsit).
Buat kalian yang tertarik untuk mencicipi minuman kopi arab, bisa datang di kedai yang buka mulai pukul 07.00 hingga 15.30 WIB. “Habis tidak habis kopinya, pukul setengah 4 harus tutup karena tidak ada yang membantu,” tegasnya sambil tersenyum. (Catlleya Ramadhani)