Street Photography mungkin terdengar asing di telinga sebagian orang awam. Ya, Street Photography sendiri merupakan salah satu jenis foto dokumentasi atau foto tunggal yang menyampaikan subjek secara jujur dan apa adanya. Jenis fotografi ini biasanya lebih mengutamakan subjek foto di ruang publik.
Salah seorang Instagrammers dan fotografer yang sudah lama menyukai street photography Aditya Agung mengatakan, kunci utama dari Street Photography adalah menentukan momen untuk mendapatkan hasil foto yang bagus. Artinya, ketika seorang fotografer mendapat momen langsung mengambil foto secara apa adanya tanpa direkayasa atau istilahnya setting dulu.

“Ngambilnya juga gak bisa sekali-dua kali jepret, tapi ngambil banyak langsung, nanti yang dipilih cuman yang paling bagus aja. Memang itu semua butuh jam terbang gak bisa didapat sehari atau dua hari,” terang Adit saat ditemui oleh Tim Bangga Surabaya di Kawasan Surabaya Timur, Selasa, (24/07).
Adit mengaku belajar street photography secara autodidak serta mendapat inspirasi dari komunitas Thinker Street yang merupakan komunitas fotografer Street di Eropa. “Iya terpengaruh aja sih sama mereka. Di Surabaya yang mengambil foto jenis ini hanya beberapa aja karena resikonya tinggi,”
Lebih lanjut, resiko tinggi yang dimaksud Adit adalah rentan terhadap penolakan objek foto. Dia mencontohkan kejadian saat mengambil foto di Pasar Turi beberapa tahun. Adit diumpat seseorang karena dianggap mengambil foto sembarangan. Sejak saat itu, lanjut Adit, ketika memotret objek, terlebih dahulu dirinya berinteraksi.
“Pendekatan dulu lah biar sama-sama enak. Ya intinya kita memanusiakan manusia gitu,” tutur pria yang saat ini bekerja sebagai desain konten Instagram di sebuah perusahaan swasta ini
Ditanya alasan Adit sangat menyukai street photography karena baginya hal itu memiliki style foto yang natural dan memiliki nilai human interest yang tinggi. “Jadi seakan-akan foto itu bisa bercerita kepada khalayak yang melihat,” ujarnya. (Gading Tandayu)