Bangga Surabaya – Adanya ketupat di Hari Raya atau Lebaran sendiri erat kaitannya dengan pengakuan kesalahan dan permintaan maaf seseorang di Hari Raya Idul Fitri. Setiap keluarga muslim Jawa biasanya membuat ketupat, yang disajikan dengan berbagai macam sayur.
Namun, ketupatan yang dilakukan warga kelurahan Sukolilo Baru ini berbeda dari biasanya. Mereka secara sukarela membagi-bagikan ketupat gratis di depan rumah masing-masing dan yang menjual adalah anak-anak kecil.

“Tidak jelas sejak kapan adanya tradisi ini, namun sudah ada turun temurun dari dulu. Tidak ada syarat untuk ikut berpartisipasi dalam acara ini, biasanya yang punya anak kecil dan punya rejeki,” jelas Ida, salah satu penjual makanan saat ditemui di lokasi beberapa waktu lalu.
Acara satu tahun sekali ini pun mendapat antusias dari warga Sukolilo Baru khususnya anak kecil. Selain ikut belajar berjualan, mereka juga bergiliran antre untuk mencicipi menu yang diinginkan.
Tri Eko Sulistiowati selaku koordintor kelompok Informasi Masyarakat Kelurahan Sukolilo Baru menuturkan, seiring berjalannya waktu, ada banyak menu yang disuguhkan, tidak hanya ketupat saja seperti mie bihun warna-warni, gulai, es blewah, lontong balap dan kue apem. Selain itu, Bunda Tri sapaan akrabnya menambahkan, tahun lalu acara ini diadakan secara meriah di luar kampung dengan iming-iming hadiah, namun tidak berjalan secara maksimal.
“Hikmah yang bisa diambil dari tradisi ini adalah, gotong royong, kebersamaan, indahnya berbagi, mengajarkan anak agar lebih empati, peduli kepada sesama dan ikhlas.” Ujar Bunda Tri.
Harapan Bunda Tri sendiri di hari raya ketupat ini, tradisi asal nenek moyang dapat dijadikan contoh bagi generasi muda, bisa diikuti warga Surabaya lainnya serta lebih baik di tahun berikutnya. “Tujuannya, mempererat tali persaudaraan serta menjalin tali silaturahmi antar masyarakat Surabaya,” tutupnya. (Astrid Hidayanti)