
Sejak ditutup Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya empat tahun silam, eks lokalisasi dolly yang berada di kawasan Putat Jaya mengalami banyak perubahan. Dari sekian banyak inovasi yang dibuat, terdapat salah satu UKM binaan Pemkot Surabaya yaitu Rumah Batik.
Salah satu pengurus rumah batik Wulan mengatakan, awal didirikannya rumah batik untuk sarana belajar serta observasi bagi warga sekitar tanpa dipungut biaya alias gratis.
Selain itu, kata dia, kehadiran rumah batik tidak hanya dikhususkan untuk warga dolly saja melainkan untuk seluruh warga surabaya yang ingin belajar membatik. “Media komunikasi lebih diperluas agar warga lebih banyak mengetahui keberadaan dan kegiatan di Rumah Batik,” kata Wulan saat ditemui di kawasan surabaya barat beberapa waktu lalu.

Rumah Batik yang sudah berjalan dua tahun silam ini, lanjut Wulan, berhasil menelurkan kelompok usaha bernama Batik Jalak Arum. Menurut Wulan, kelompok tersebut terdiri dari 14 relawan yang merupakan warga asli Dolly. “14 pengrajin mengajarkan kepada siapapun yang berminat untuk belajar batik di rumah batik,” imbuhnya.
Bahkan, kata dia, sudah banyak pelanggan yang memesan batik dari surabaya maupun luar surabaya. Tentunya, hal ini meningkatkan roda perekonomian warga dari hasil kerajinan batik secara perlahan-lahan. “Rata-rata omset mereka sekarang kurang lebih 700-800 ribu per satu pesanan,” ujar Wulan.

Dikatakan Wulan, sistem kerja rumah batik adalah bagi tugas. Artinya, jika ada pesanan masuk maka akan dibagi tugasnya sesuai dengan kemampuan masing-masing. “Ada yang bagian ngeblok, ada yang membuat lembaran, lalu ada yang membuat berbagai macam motif seperti motif kupu-kupu, pohon jarak, capung, mawar, suro&boyo,” terangnya.
Ke depan, Wulan berharap, agar warga sekitar yang sudah berkarya di rumah batik kelak menjadi pengusaha batik secara mandiri. “Sayang kalau kita sebagai pelaku tidak action dan berkembang secara baik ke depannya,” tandas perempuan berkacamata ini. (va).