Bangga Surabaya – Di awal tahun 2017 Surabaya menambah pundi-pundi cagar budaya. Bersama Perusahaan Daerah Air Minum Surya Sembada (PDAM) dan komunitas blusukan surabaya, mereka menghidupkan kembali gedung bersejarah tersebut menjadi Museum Rumah Air. Berharap dengan adanya Museum yang sudah ditetapkan melalui SK Walikota, warga Surabaya dapat menambah wawasan tentang sejarah pengelolaan air.
Sore itu, (19/01/2017), gedung tua berwarna putih berpadu cat biru masih berdiri gagah dan kokoh layaknya para pejuang Surabaya ketika melawan para penjajah di masa perjuangan. Namun, di balik gagahnya gedung warisan kolonial yang terletak di Jalan Basuki Rahmat No. 119-121 Surabaya, ternyata menyimpan sejarah yang perlu diketahui warga Surabaya.
Sejarah Gedung yang sudah berdiri sejak tahun 1950-an diawali ketika pasukan Hindia Belanda berhasil mendarat di Kota Surabaya. Perang pun tak terelakkan. Melihat hal tersebut, Tentara Keamanan Rakyat (TKR) di bawah pimpinan Sungkono, menjadikan gedung Basuki Rahmat sebagai tempat persembunyian utama guna menyusun strategi dan taktik melawan pasukan Hindia-Belanda.
Tak pelak, sarang persembunyian TKR beberapa kali mengalami perpindahan, mulai dari Jl. Jimerto 25, Kaliasin 30, Pregolan 2-4, kemudian pindah ke Carpentier Straat (Jl. Suropati) hingga akhirnya ke luar kota menjadi Markas Pertahanan Surabaya.
Memasuki tahun 1976 sampai dengan 1991 pasca kemerdekaan, gedung yang juga bekas Markas Badan Keamanan Rakyat (BKR) tersebut kemudian difungsikan menjadi Kantor Pusat PDAM Surya Sembada Kota Surabaya sebelum berpindah ke Jl. Prof Dr Moestopo No. 2 Surabaya di awal tahun 1992.
Kini di tahun 2017, gedung cagar budaya berasitektur modern tersebut disulap menjadi Museum Rumah Air Surabaya yang adalah sebuah ruang publik dengan fungsi pengenalan dan edukasi masyarakat mengenai air, khususnya sejarah pengelolaan air minum oleh PDAM Surya Sembada Kota Surabaya.
Menurut Manajer Sekretariat dan Humas (SekHum) PDAM Surya Swasembada Kota Surabaya, Ari Sakti Bimo mengatakan, tujuan didirikannya Museum Rumah Air untuk melestarikan cagar budaya supaya terawat melalui berbagai kegiatan serta menjadikan museum sebagai tempat edukasi bagi masyarakat Surabaya seputar pengelolaan air minum oleh PDAM Surya Swasembada Kota Surabaya.
“Oleh karenanya saya berharap dengan berdirinya Museum Air, masyarakat mendapat wawasan seputar air dan terpenting turut menjaga serta melestarikan cagar budaya lokal,” imbuh Bimo kepada Gapura usai acara tersebut.
Meski baru rampung 85 persen, setiap sudut ruangan di Rumah Air Surabaya di desain cukup menarik. Pintu masuk Rumah Air di desain setengah lingkaran menyerupai goa, dibumbuhi lukisan air mengalir guna memandu pengunjung mulai masuk hingga keluar.
Yang lebih menarik lagi, di dalam museum Rumah Air terdapat empat konten yang benar-benar akan mengedukasi warga, diantaranya: Manfaat air yang berisi, Air dan Bumi Kita, Polusi Air, dan Ensiklopedia Air. Air di masa lalu berisi, Pompa Air, Milestone PDAM Surya Swasembada dan PDAM in frame. Kemudian Air saat ini berisi, Instalasi Ngagel dan Karangpilang, Tahap Pengolahan air minum, Penghargaan yang diterima PDAM, dan Area Distribusi Air. Konten terakhir Air di Masa depan berisi, Kran Air Siap Minum, SCADA (Supervisory Control and Data Acquisition) dan Zona Air Minum Prima.
Tak hanya desain dan fungsinya sebagai Museum pertama yang ada di Indonesia. Ada pula benda-benda yang dipamerkan di museum Rumah air, mulai pompa air jaman belanda dari Umbalan, voltmeter (alat pengukur tegangan listrik), gembok kuno, bel alarm tekanan air, struk pembayaran yang selalu berubah dari waktu ke waktu, hingga peta Kota Surabaya tempo dulu.
Sementara di lantai 2, rencananya digunakan untuk diskusi, seminar dan obrolan-obrolan yang bermanfaat bagi kawan-kawan atau komunitas apapun yang ingin membahas masalah lingkungan hidup. “kami ingin menyediakan wadah bagi siapapun yang ingin menggunakan tempat tersebut,” tandas Bimo.
Lebih lanjut, selain sebagai sarana edukasi masyarakat, gedung dengan luas bangunan 4260 M ini juga melayani Pembayaran Rekening, Pengaduan dan Pasang baru serta pelayanan pelanggan untuk Customer Service (CS).
Kejelian PDAM dalam membangun Museum rumah Air mendapat komentar apik dari masyarakat yang hadir pada hari itu, salah satunya Debora. Bagi kita sebagai orang awam yang awalnya tidak tahu sejarah air di Surabaya, kini menjadi tahu berkat Museum Rumah Air. “lebih ke edukasi aja sih,” tambah perempuan berusia 24 tahun tersebut.
Lebih lanjut, acara perkenalan Museum Air juga didukung oleh komunitas instagram #blusukansurabaya. Salah satu admin #blusukansurabaya, Budi Sugiharto mengatakan, museum Rumah Air adalah yang pertama di Indonesia, oleh karena itu warga Surabaya harus bangga dan berharap mau melestarikan bangunan cagar budaya itu. “belajar mencintai asset negara”, tandas Budi.
Supaya lebih cepat diketahui keberadaannya sambung Budi, komunitas #blusukansurabaya mengadakan lomba fotografi yang diikuti lebih dari 100 peserta dengan tema cagar budaya dan akan di upload lewat akun instagram. “Cara ini akan membuat kegaduhan positif di media sosial,” imbuh Budi.
Hal senada juga disampaikan Ferry (20), mahasiswa semester V Universitas Airlangga yang mengatakan, menarik karena dirinya baru mengerti tempat ini dan pasti bagus untuk hunting. “Adanya museum Air menambah ilmu tentang pengetahuan terhadap air, imbuh pecinta foto itu”.
Selama kurang lebih satu jam mengacak-acak seisi Museum Rumah Air, tibalah di penghujung acara. Para penggemar fotografi bersama staff PDAM mengabadikan momen dengan foto bersama di depan Rumah Air Surabaya. Saking asyiknya hunting foto, tak sedikit yang tidak ikut sesi foto bersama itu. Mereka tampak sumringah karena sudah mendapatkan ilmu, pengalaman baru serta foto-foto bagus selama blusukan di Rumah Air Surabaya.
Menarik sekali bukan? Oleh karena itu, segera ajak keluarga, saudara, teman, komunitas bahkan pacar kalian untuk mampir di sini. Hitung-hitung setelah pulang, kalian membawa ilmu seputar air yang bisa ditularkan kepada orang-orang di sekitar. (*)